Senin, 17 April 2017

Masjid Tiban Malang



Dalam dongeng asal mula Candi Prambanan, Pangeran Bandung Bondowoso diperintahkan oleh Putri Roro Jonggrang untuk membangun seribu candi dalam waktu semalam saja. Agar berhasil melaksanakan tantangan tersebut, Pangeran Bandung Bondowoso meminta bala bantuan pasukan jin. Nah di Malang juga ada objek wisata yang konon juga dibangun dalam semalam oleh jin yaitu Masjid Tiban Malang.

Mengapa di sebut Masjid Tiban




Dalam bahasa Jawa, Tiban artinya jatuh. Disebut Masjid Tiban karena penduduk di sekitar masjid tersebut tidak pernah melihat proses pembangunannya. Tahu-tahu Masjid Tiban ‘muncul’ begitu saja di antara pemukiman penduduk yang padat seperti jatuh dari langit. Isu yang beredar Masjid Tiban dibangun oleh jin dalam semalam karena tidak pernah terlihat ada aktivitas peralatan berat seperti crane atau molen pengaduk semen yang besar. Padahal Masjid Tiban ini memiliki 10 lantai, benar-benar ajaib dan tidak masuk akal.
Masjid dengan desain arsitektur yang unik ini sebenarnya merupakan sebuah kompleks pondok pesantren yaitu Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang berlokasi di Jalan KH. Wahid Hasyim Gang Anggur Nomor 10, RT 07/RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang, sekitar 40 kilometer dari Kota Malang.



Nah, saat liburan Idul Fitri yang lalu saya bersama keluarga besar menyempatkan diri untuk mengunjungi Masjid Tiban sebelum silaturahmi ke kerabat yang ada di Lumajang. Untung kami sampai di lokasi pukul setengah delapan pagi sehingga suasananya masih sepi. Untuk menuju Masjid Tiban, mobil yang kami tumpangi harus melewati sebuah gang kecil yang dipadati dengan rumah penduduk. Lebar jalannya hanya cukup dilalui oleh satu mobil saja, itulah sebabnya kenapa dijadikan jalan satu arah. Di kanan-kiri jalan banyak sekali penjual peralatan ibadah sepertimukena, sarung, sajadah, tasbih, minyak wangi, buku Yaa Siin dan lain-lain. Saya bisa membayangkan betapa sangat ramai dan padatnya jalan ini jika siang nanti.

Pesona Masjid Tiban yang Indah dan Unik

 

Saya langsung dibuat takjub dan terheran-heran manakala mobil kami sampai di depan Masjid Tiban. Sama sekali tak menyangka didalam gang yang sempit itu ternyata ada masjid yang berdiri dengan indah dan megahnya. Tampak oleh mata saya pintu masuk ke dalam Masjid Tiban yang berupa menara yang indah, menjulang tinggi dengan dominasi warna biru dan putih.
Kekaguman saya tidak berhenti sampai di situ. Ketika mobil kami berjalan menuju tempat parkir, makin terlihat bagaimana wajah asli dari Majid Tiban yang berhasil ‘menipu’ saya. Awalnya saya mengira masjid ini berukuran kecil sebab pintu masuknya saja hanya cukup dilewati satu mobil. Tapi setelah melihat bagian dalam maka Anda akan melihat sebuah kompleks pesantren yang besar. Bangunan di bagian dalam lebih besar dan megah serta memiliki area parkir yang luas.



Untuk masuk ke dalam masjid kita harus melapor dulu ke bagian informasi. Di sana kita harus menuliskan data diri yang lengkap, jika datang berombongan maka ditulis juga jumlah anggotanya. Hal ini sangat penting karena area Masjid Tiban memiliki banyak sekali macam ruangan sehingga jika tidak berhati-hati bisa ada yang tersesat dan tertinggal di dalam.


Bismillahirohmaniirohim, kami pun mulai memasuki Masjid Tiban. Beruntung, driver kami sudah beberapa kali ke sini sehingga dia menjadi guide dadakan untuk mengeksplorasi Masjid Tiban. Dari pintu masuk, kami melalui sebuah lorong yang menanjak menuju lantai satu. Meski siang hari tapi pencahayaan di lorong ini sangat kurang sehingga harus dibantu dengan lampu.

Di dalam Masjid Tiban tidak ada lift, untuk menuju ke setiap lantainya kita harus naik melalui tangga. Jadi siapkan stamina ya jika ingin mengeksplorasi hingga ke lantai sepuluh. Ukuran tangganya tidak begitu luas sehingga jika sedang ramai maka harus sabar mengantri. Tinggi tiap lantai di Masjid Tiban ini terbilang pendek untuk ukuran masjid yang terlihat menjulang di luar, yakni hanya sekitar 200 meter.

Entah kenapa selama mengeksplorasi tiap ruangan saya merasakan aura yang berbeda di Masjid Tiban ini. Seperti ada kesan misterius yang menggetarkan hati. Itulah sebabnya saya selalu menggenggam erat tangan Aiman, putra kami selama di dalam masjid. Benar saja, ketika saya atau Mama Ivon sedang memotret, Aim tahu-tahu sudah berlari ke ruangan atau lantai yang lain. Untung saja kami segera menyadari dan menyusulnya.

Paduan Arsitektur Jawa dan Timur Tengah

Di Masjid Tiban memang banyak sekali spot-spot menarik yang bagus untuk dipotret atau sebagai latar belakang foto. Kalau menurut saya, Masjid Tiban memadukan gaya arsitektur Jawa dan Timur Tengah. Unsur Jawa terlihat dari ukiran-ukiran pada dinding dan ornament lainnya, sedangkan unsur Timur Tengah diwakili kaligrafi dan bentuk semua menaranya yang mengingatkan saya pada masjid atau istana di cerita negeri seribu satu mimpi.







Di dalam masjid juga terdapat area terbuka berupa taman dan kolam. Selain memberikan tambahan penerangan, area terbuka ini juga didesain dengan indah. Ada satu kolam yang unik dimana banyak sekali uang receh yang bertaburan di dasarnya. Dugaan saya koin itu memang sengaja dilemparkan oleh para pengunjung, entah apa maksudnya saya tidak tahu.








Sumber:http://www.keluargabiru.com/2016/01/masjid-tiban-malang-keindahan-yang.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar